Kamis, 26 Mei 2011

konsep dasar n askeb Neonatus Cukup Bulan Puskesmas Tembelang

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY NY. “W” UMUR 0 HARI DENGAN NCB
DI DI RUANG KIA PUSKESMAS TEMBELANG
KAB. JOMBANG
PKK II ROTASI 1 (16-28 MEI 2011)


Oleh :
AGUSTIN PRASETYANINGATI
NIM : 090403002



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2011

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas asuhan kebidanan pada bayi Ny. “W” NCB umur 0 hari di ruang KIA Puskesmas Tembelang sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik kebidanan II.
Dalam penyusunan asuhan kebidanan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Kepala Puskesmas,
2. Bidan Koordinator, Guritna A.G, SST
3. Pembimbing klinik, Nuning, Amd. Keb
4. Pembimbing akademik, Sestu Retno D.A.,S.Kep,M.Kes
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan asuhan kebidanan ini baik secara langsung maupun tidak langsung
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu apabila ada kritik dan saran dari pembaca, kami dengan senang hati akan menerima segala macam masukan dan saran dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Jombang, 24 Mei 2011

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada bayi Ny. “W” NCB umur 0 hari di ruang KIA Puskesmas Tembelang

Telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Puskesmas Tembelang



Mahasiswa


AGUSTIN PRASETYANINGATI





MENGETAHUI

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING RUANGAN


SESTU RETNO D.A.,S.Kp.,M.Kes GURITNA AWAN G.,SST


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani Bayi Baru Lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi.
Pada saat ini angka kematian ibu dan kematian perinatal di Indonesia masih sangat tinggi menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (1997) angka kematian ibu adalah 334 per 100.000 kelahiran hidup. (Sarwono, 2000).
Kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu pada bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Prawiroharjo, 2002). Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin di dalam uterus, kualitas pengawasan antenatal, penyakit ibu waktu hamil, penanganan persalinan dan perawatan sesudah lahir. Penanggulangan bayi tergantung pada keadaannya apakah bayi normal atau tidak.
Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup bulan, ditolong bidan yang bertanggung jawab terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan normal. Oleh karena itu, kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi beberapa saat sesudah terselesainya persalinan yang dianggap normal, maka seorang bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya perubahan-perubahan pada bayi dan ibu (Prawirohardjo, 2002).
Apabila perlu memberikan pertolongan pertama, seperti menghentikan perdarahan, membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen dan melakukan pernafasan buatan sampai ibu atau bayi tersebut dilihat oleh seorang dokter atau dibawa ke rumah sakit yang mempunyai perlengkapan serta perawatan yang baik sehingga pengawasan dan pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya.



1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bayi Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB di ruang KIA Puskesmas Tembelang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada bayi baru lahir Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB
b. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada bayi baru lahir Ny. “W” NCB umur 0 hari Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada bayi baru lahir Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB
c. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi baru lahir Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB
d. Mengembangkan rencana tindakan atau intervensi pada bayi baru lahir Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB
e. Melaksanakan tindakan sesuai rencana atau implementasi pada bayi baru lahir Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB
f. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Ibu dan Bayi
Adapun manfaat dari penyusunan asuhan kebidanan ini, antara lain :
• Agar ibu dan keluarga mengetahui cara merawat bayi baru lahir dengan baik dan dapat menjaga kehangatan tubuh bayi.
• Agar bayi tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa ada hambatan yang mengganggu.
• Bayi bisa merasa nyaman di luar lingkungan uterus.
1.3.2 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman serta merupakan kesempatan untuk mempelajari lebih jauh tentang permasalahan yang ada pada kasus bayi baru lahir.
1.3.3 Bagi Institusi
Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB fisiologis
1.3.4 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara merawat bayi baru lahir.

1.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan tehnik sebagai berikut :
1.4.1 Wawancara
Adalah mengumpulkan data dengan tanya jawab secara langsung dengan pasien, keluarga maupun dari tim kesehatan yang terkait sehingga mendapatkan data tentang permasalahan yang dialami oleh pasien.
1.4.2 Observasi
Yaitu mengumpulkan data dengan tanya jawab secara langsung terhadap kondisi bayi Ny. “W” umur 0 hari dengan NCB
Studi Kepustakaan Adalah mengumpulkan data yang diperoleh dari buku-buku mengenai bayi baru lahir atau neonatus di perpustakaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
• Neonatus Cukup Bulan (NCB) adalah neonatus yang lahir pada umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan BB 2500 gram – 4000 gram. (Prawirohardjo, 1999).
• Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan normal 37 minggu – 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram – 4000 gram (Depkes RI, 1992).
• Asuhan segera BBL adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama dan setelah kelahiran. (Syaifuddin, Abdul Bari, 2002 : N. 30)

2.1.2 Ciri-ciri Neonatal Aterm
• BB 2500 gram – 4000 gram.
• Panjang badan 48 – 54 cm.
• Lingkar dada 32 – 36 cm.
• Lingkar kepala 33 – 35 cm.
• Denyut jantung dalam menit-menit pertama x/menit menurun 140 x/menit.
• Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks caseosa.
• Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala telah sempurna.
• Kuku agak panjang dan lemas.

2.1.3 Periode BBL
a. Periode I : Reaktifitas I (30 menit setelah 1 hari)
Bayi terjaga dengan mata terbuka, memberikan respon terhadap stimulus dan mempunyai kemampuan menghisap yang sangat tinggi.
b. Periode II : Reaktifitas II (2 – 5 jam setelah kelahiran)
Bayi bangun dari tidur nyenyak, denyut jantung dan pernafasan meningkat, pengeluaran mekonium, urine dan menghisap.
c. Periode III : Stabilisasi (12 – 24 jam)
Kulit kemerahan dan hangat
2.1.4 Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Membersihkan jalan nafas
Setelah kelahiran bayi stabil secara tepat menilai pernafasannya, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir sampai wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang.
b. Penilaian awal/apgar skore
Keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai apgar, ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksi atau tidak yang dinilai adalah frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot, warna kulit dan reaksi terhadap rangsangan. Dari hasil penilaian itu dapat diketahui bayi itu normal atau tidak.
1. Bayi normal : nilai apgar 7 – 10
2. Bayi ringan : nilai apgar 4 – 6
3. Bayi berat : nilai apgar 0 – 3
Tabel Nilai Apgar
Skor 0 1 2 Angka
A : Appearance Color (warna kulit) Pucat Badan merah ekstremitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan
P : Pulse (heart rate) frekuensi jantung Tidak ada Di bawah 100 Diatas 100
G : Grimace (reaksi terhadap rangsangan) Lumpuh Ekstremitas dalam, fleksi sedikit Gerakan aktif
R : Respiration (usaha nafas) Tidak ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering.

Segera pula lakukan penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan :
• Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan.
• Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas.
c. Mempertahankan suhu tubuh neonatus/pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperature tubuh bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian.
Hipertemia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat.
Salah satu cara untuk mempertahankan suhu tubuh BBL :
• Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
• Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

2.1.5 Mekanisme Kehilangan Panas (JNPK–KR/POGI, 2007 : 96)
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara :
a. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.

c. Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi.

2.1.6 Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
a. Keringkan bayi dengan seksama.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
c. Tutupi bagian kelapa bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
f. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir (+ 6 jam setelah lahir).

2.1.7 Macam-macam Refleks (JNPK–KR/POGI, 2007 : 100)
Pada bayi terdapat jenis refleks, yaitu :
a. Tonic Neck Refleks
Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi.
b. Moro Refleks
Bila posisi diubah dengan tiba-tiba, maka lengan ekstensi jari-jari mengembang, kepala terlempar ke belakang dan tungkai sedikit ekstensi tulang belakang dan ekstremitas bawah ekstensi.
c. Babinsky Refleks
Goreskan telapak kaki sepanjang tepi terluar, dimulai dari tumit maka jari kaki mengembang dan jari kaki dorsofleksi
d. Rooting Refleks
Bayi akan menolah ke arah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut.
e. Graps Refleks
Jari bayi akan melekuk di sekeliling yang menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di telapak tangan bayi.
f. Swallowing Refleks (Refleks Menelan)
Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh di belakang lidah. Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
g. Suckling Refleks (Refleks Menghisap)
Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan putting susu ibu tertekan gusi, lidah, langit-langit bayi sehingga sinus laktiferus di bawah areola dan ASI terpancar keluar.

2.1.8 Merawat Tali Pusat (JNPK–KR/POGI, 2007 : 99)
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan pengikatan putting tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia).
a. Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.
b. Bilas tangan dengan air DTT.
c. Keringkan tangan tersebut menggunakan handuk bersih dan kering.
d. Ikat puntung tali pusat dengan jarak + 1 cm dinding perut bayi (pusat).
e. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali pusat dengan simpul mati.
f. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam klorin 0,5%.
g. Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
Nasehat untuk merawat tali pusat. Berikan nasehat ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
• Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
• Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT dan segera keringkan menggunakan kain bersih.
• Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah atau berbau atau berdarah.
• Segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk BBL jika terjadi.

2.1.9 Memulai Pemberian ASI
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapatkan ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong. Beritahu bahwa penolong akan selalu membantu ibu untuk menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan memastikan ibu dalam kondisi baik. Keluarga dapat membantu ibu untuk memulai pemberian ASI lebih awal.
Memulai pemberian ASI secara dini akan :
a. Merangsang produksi susu.
b. Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.

2.1.10 Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
a. Dua jam pertama sesudah lahir, meliputi :
• Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
• Bayi tampak aktif atau lunglai.
• Bayi kemerahan atau biru.
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut :
• Bayi kecil untuk masa kehamilan / bayi kurang bulan.
• Gangguan pernafasan.
• Hipotermia.
• Infeksi.
• Cacat bawaan dan trauma lahir.
Yang perlu dipantau pada BBL meliputi suhu badan dan lingkungan, tanda-tanda vital, berat badan, mandi dan perawatan kulit, pakaian, perawatan tali pusat.

2.1.11 Profilaksis Bayi Baru Lahir
a. Pencegahan infeksi pada mata
Tetes mata untuk mencegah infeksi mata dapat diberikan setelah ibu atau keluarga memomong bayi dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata Tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.
b. Profilaksis perdarahan BBL
Semua BBL harus diberikan Vitamin K1 injeksi 1 mg IM di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan BBL akibat difisiensi Vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
c. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu – bayi. Terdapat 2 jadwal imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama : sebanyak 3 kali, yaitu usia 0 (segera setelah lahir dengan uniject), usia 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua : 4 kali, yaitu pada usia 0 dan DPT + Hepatitis B. pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi

2.3. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.3.1. Definisi
Asuhan Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan kepada klien yang membutuhkan atau mempunyai permaalah dalam bidang pengetahuan.
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, bidan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada suatu proses sistematis dan analisis dalam memberikan asuhan kebidanan kita menggunakan 7 langkah Varney :
I. Pengkajian
II. Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Neonatus
III. Identifikasi Masalah Potensial
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
V. Intervensi
VI. Implementasi
VII. Evaluasi

2.3.2. Manajemen Kebidanan Varney
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata (Berisi biodata Neonatus & Orang tua)
 Identitas Neonatus, antara lain :
a. Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi dan agar tidak terjadi suatu kesalahan besar.
b. Jenis kelamin : Untuk mengetahui ciri-ciri secara fisik bayi sesuai JK.
c. Tanggal lahir / umur bayi
Untuk mengetahui sebera[a lama kemampuan bayi beradaptasi dengan lingkungan.
d. Jenis persalinan
e. BBL : Untuk mengetahui bagaimana kecukupan gizi apakah sudah sesuai perkembangan dan pertumbuhan dibanding umur bayi.
f. Status : Untuk mengetahui kedudukan anak dalam keluarga.
g. Anak ke : Untuk mengetahui anak ke- agar mudah mengkaji bayi dalam kehamilan ibu termasuk resiko tinggi atau tidak.
h. Tanggal MRS
 Identitas Orang Tua
a. Nama ayah dan ibu
Untuk mengetahui identitas orang tua bayi agar membantu pengkajian.
b. Umur : Untuk mengetahui apakah ibu mempunyai resiko tinggi / tidak
c. Agama : Untuk mengetahui kepercayaan orang tua bayi terhadap agama yang dianutnya sehingga memudahkan dalam melakukan asuhan dan pendekatan.
d. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua bayi sebagai dasar memberikan KIE (Konseling Informasi Education)
e. Pekerjaan : Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan bayi dan aktifitasnya.
f. Alamat : Untuk mengetahui suku daerah ibu/suami dan obat untuk membangun kepercayaan serta komunikasi.
2. Keluhan Utama
Berisikan apa yang dirasakan oleh pasien atau keadaan neonatus pada saat ini kronologis apa, bisa neonatus sakit cacat, keadaan saat itu.
3. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang lain, ini kronologis apa yang terjadi pertama kali.
4. Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang lain. Apakah keluarga pernah menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS), penyakit menurun (asma, kencing manis, darah tinggi), atau penyakit menahun (jantung).
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan (Prenatal)
 Untuk mengetahui kebiasaan ibu selama hamil yakni apakah ibu rajin memeriksakan kehamilannya sehingga setiap komplikasi bisa tertangani sejak dini dan imunisasi TT ibu apakah sudah lengkap.
 Untuk mengetahui penyakit yang diderita selama hamil
 Makanan apa saja yang dikonsumsi sehari-hari selama masa kehamilan
 Selain itu untuk mengetahui apakah selama hamil ibu minum jamu atau obat-obatan. Adakah pantangan dalam kegiatan sehari-hari.
b. Riwayat Persalinan / Natal
Untuk mengetahui bagaimana proses persalinan yang meliputi cara persalinan (spontan belakang kepala / spontan letak sungsang, spontan dengan alat / sectio caesarea atas indikasi). Ditolong oleh siapa, tempat persalinan, obat yang dikonsumsi selama persalinan, misal : bagaimana air ketubannya, jam berapa ketuban pecah, apakah kala II memanjang, dll. Kemudian adakah komplikasi baik pada ibu maupun bayi.
6. Riwayat Neonatal
Untuk mengetahui bagaimana keadaan bayi saat ahir (aterm / prematur/ matur / langsung menangis/asfiksia/ikterus/hipotermia)
Yang meliputi tanggal kelahiran, adakah cacat bawaan kongenital, jenis kelamin, berapa BBL dan PB, lingkar kepala serta (SOB, FO, MO), yang diberikan ASI / PASI.
7. Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi dasar yang telah diperoleh bayi kejadian.
Ikutan pasca imunisasi tambahan yang didapatkan oleh bayi.
Jenis Imunisasi Tanggal Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
I II III IV
Hepatitis B
BCG
Polio
DPT
Campak
Hb Combro
Booster

8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pada bayi baru normal kebutuhan nutrisi yaitu susu formula dan ASI yang disusui.
b. Pola eliminasi
- BAB : frekuensi, konsistensi, jumlah, warna, zat yang menyertai, kesulitan dan upaya untuk mengatasi. Pada bayi baru lahir normal umur 0 hari BAB lembek, warna kuning / hitam.
- BAK : frekuensi, warnanya, adakah keluhan / kseulitan BAK banyaknya.
c. Pola aktifitas
Untuk mengetahui apakah bayi akan menangis kual bila BAB/BAK/saat bayi lapar.
d. Pola aktifitas
- Lamanya tidur : frekuensi
- Kebiasaan tidur : pakai bantal/guling/dll
- Suasana lingkungan yang mendukung tidur.
e. Pola personal hygiene
Untuk mengetahui bagaimana kebersihan tubuh bayi seperti berapa kali diseka / dimandikan, berapa kali ganti baju dan popok dalam sehari.


B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : bagaimana tingkat kesadaran, jenis kelamin, Apgar skor, sianosis / adakah ikterus, hipertermi atau tidak
 Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran
 TTV : Untuk mengetahui fungsi kerja organ vital
o Suhu : Untuk mengetahui temperatur bayi (36,5-37oC)
o Nadi : Untuk mengetahui frekuensi detak jantung per menit (Normal : 120 x/m – 150 x/m)
o RR : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan / menit (Normal : 30-60 x/menit)
2. Pemeriksaan tumbuh kembang
a. Pemeriksaan tumbuh
- BBL : normal / tidak (normal : 2500-4000 gr)
- PB : normal/tidak (normal : 48-54 cm)
- LD : normal/tidak (normal : 32-36 cm)
- LK : normal/tidak (normal : 32-35 cm)
o MO : N : 35 cm (Lingkar besar kepala)
o FO : N : 34 cm (Lingkar sedang kepala)
o SOB : N : 32 cm (Lingkar kecil kepala)
b. Pemeriksaan kembang
 Reflek Moro / terkejut : ada / tidak
 Tonick neck refleks/tonus leher : ada / tidak
 Graps refleks / menggenggam : ada / tidak
 Suckling refleks / menghisap : ada / tidak
 Swallowing refleks / menelan : ada / tidak
 Rooting refleks mencari putting : ada / tidak
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
 Kepala : Warna rambut, jenis rambut, ubun-ubun besat datar atau ada cekungan, adakah caput sucedaneum, molage/tidak, bersih/tidak.
 Wajah : Sianosis/tidak, oedem/tidak, simetris/tidak
 Kulit : Warna kulit, adakah tanda lahir/bercak hitam, adakah verniks caseosa
 Mata : Simetris/tidak, conjungtiva pucat/tidak, sklera icterus
 Hidung : Simetris/tidak, adakah sekret, adakah pernafasan cuping hidung, adakah polip
 Mulut : Simetris/tidak, bersih/tidak, adakah stomatis, bagaimana mulut adakah labiopalatoskizis
 Telinga : Simetris/tidak, bersih/ada sekret, adakah serumen
 Leher : - Adakah pembesaran kelenjar tiroid
- Adakah bendungan vena jugularis
- Bagaimana bentuk leher panjang/pendek
 Dada : Berapa ukuran lingkar dada (cm), simetris/tidak, ada tarikan dada saat pernapasan, bagaimana putting susu simetris/tidak
 Abdomen : Bentuk abdomen menonjol/distensi, pada umbilicus adakah perdarahan, adakah tanda-tanda infeksi disekitar tali pusat, basah/kering, apakah tali pusat sudah lepas
 Genetalia : Bersih/tidak, jenis kelamin laki-laki/perempuan
• Wanita : apakah labia mayora menutupi labia minora, adakah pengeluaran flour albus, adakah/terdapat kelainan/tidak pada vagina
• Laki-laki : testis 2 buah
 Anus : Adakah atresia ani, bersih/tidak, sudah keluar mekonium apa belum
 Ekstremitas
• Esktremitas atas : kedua tangan simetris/tidak, adakah gangguan pegerakan, jumlah jari lengkap, adakah kelainan kongenital
• Ekstremitas bawah : kedua kaki simetris/tidak, adakah gangguan pergerakan/tidak, jumlah jari lengkap/tidak, adakah kelainan pada jari (polidaktil/mondaktil), garis telapak kaki jelas/tidak
b. Palpasi
 Kepala : meraba bagian ubun-ubun cekung/cembung, memastikan tidak ada benjolan, meraba molage ada/tidak, mengukur lingkar kepala
 Leher : - ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak
- ada bendungan vena jugularis/tidak
 Dada : ada benjolan abnormal/tidak, mengukur lingkar dada
 Abdomen : pembagian kuadran :
c. Auskultasi
 Dada : adakah ronchi, wheezing, napas teratur atau tidak, frekuensi 120-150 x/menit
 Abdomen : adakah bising usus (normal 7-11 x/menit)
d. Perkusi
 Abdomen : kembung/tidak
4. Pemeriksaan Penunjang
- Darah lengkap
- USG
- Foto rontgen

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH, DAN KEBUTUHAN
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan intervensi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
• Diagnosa : Bayi baru lahir ……. umur …… dengan ……..
DS : adanya komunikasi verbal, ibu, klien, keluarga, dan para medis tentang yang dialami klien tersebut. Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke …. Jenis kelamin ….. pada tanggal …. Jam …. BBL/PB …….
DO : - Keadaan umum : Baik
- TTV - nadi : 120-150 x/menit
- suhu : 36,5-37,5oC
- RR : 40-60 x/menit
- BB/PB : 2500-4000 gr/48-54 cm
- Lingkar dada : 33-36 cm
- Lingkar kepala : MO : 35 cm
SOB : 32 cm
FO : 34 cm
- Tangisan bayi
- Adakah cacat konginetal, atresia ani/tidak
- Jenis kelamin
• Masalah (bila ada)
• Kebutuhan
Sesuai diagnosa dan masalah yang ditemukan, keadaan yang kemungkinan akan terjadi dan memerlukan antisipasi.
Ex : - Nutrisi yang cukup ASI
- Pemberian susu formula baik melalui spin, sendok, NGT
- Perawatan bayi sehari-hari
- Kasih sayang perawt dan

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Untuk mengetahui / mengidentifikasikan masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah teridentifikasikan atau berdasarkan intervensi data yang benar atas data yang telah dikumpulkan.
Ex : - Potensial terjadi hipotensi
- Potensial terjadi hipoglikemia
- Potensial terjadi ikterus
- Potensial terjadi infeksi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Untuk mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

V. INTERVENSI
Untuk menerapkan asuhan menyeluruh yang rasional dengan temuan diri langkah sebelumnya (yaitu menentukan tujuan kriteria).
Diagnosa : Bayi baru lahir ….. umur …… dengan ……
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama IX ……. diharapkan keadaan bayi :
- Tidak terjadi komplikasi
- Kemampuan minum bertambah
- Kehangatan terjaga
Kriteria Hasil
- TTV dalam batas normal
Nadi : 120-160 x/menit
S : 36,5-37,5 oC
RR : 40-60 x/menit
- BB bertambah dibanding setelah lahir
Intervensi (menyusun rencana yang menyeluruh dengan rasional)
1) Lakukan pendekatan pada keluarga bayi melalui komunikasi terapeutik
Rasional : menjalin kerjasama yang baik agar keluarga klien kooperatif
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Rasional : mencegah kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial dari petugas ke bayi atau sebaliknya
3) Observasi TTV
Rasional : TTV merupakan deteksi dini adanya kelainan dalam tubuh
4) Lakukan perawatan tali pusat yang baik mencegah masuknya kuman
Rasional : perawatan tali pusat yang baik mencegah masuknya kuman lewat tali pusat sehingga mencegah terjadinya infeksi
5) Keringkan dan selimuti bayi dengan kain bersih dan kering
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas dan bayi tetap dalam keadaan hangat
6) Berikan ASI secara adekuat
Rasional : pemberian ASI merupakan sarana pemenuhan nutrisi yang baik bagi bayi
7) Ingatkan ibu untuk selalu menyendawakan bayinya setiap kali setelah meneteki.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya aspirasi

VI. IMPLEMENTASI
Mengacu pada Intervensi
Melaksanakan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah dikumpulkan/diuraikan pada Intervensi (langkah V)

VII. EVALUASI
Mengacu Intervensi (tujuan dan kriteria) serta implementasi.
Dilaksanakan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan dalam evaluasi menggunakan format SOAP

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 24 Mei 2011
Jam : 16.00 WIB

B. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Bayi Ny “W”
Tanggal lahir : 24 Mei 2011 Jam : 15.45 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 0 hari
Anak ke : 1
Alamat : Juwet Tembelang

Nama Ibu : Ny “W” Nama suami : Tn “M”
Umur : 21 tahun Umur : 20 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : ± Rp 1.000.000/bulan
Alamat : Juwet Alamat : Juwet
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan bayi dalam keadaan baik, pergerakan aktif
3) Riwayat kesehatan sekarang
Bayi anak ke 1, umur kehamilan 38 minggu, lahir spontan, laki-laki BB : 2500 gram, PB 48cm
4) Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan saat hamil ibu tidak pernah menderita penyakit menahun dan menurun seperti hipertensi, asma, jantung, hepatitis, DM.
5) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarganya dari pihak ibu tidak ada yang menderita penyakit menahun dan menurun seperti hipertensi, asma, jantung, hepatitis, DM.
6) Riwayat Neonatal
a. Riwayat prenatal
1) Ibu hamil anak ke 3 dengan umur kehamilan 40 minggu
2) ANC TM I : 3x di Bidan
TM II : 2x di Bidan
TM III : 3x di Bidan
3) Keluhan selama hamil :
TM I : mual, muntah, pusing
TM II : tidak ada keluhan
TM III : tidak ada keluhan
4) Obat-obatan yang pernah didapat : B6, kalk, Fe
5) Imunisasi TT : T5 umur kehamilan 4 bulan
6) Penyuluhan yang pernah didapat :
- Personal hygiene
- Gizi ibu hamil
- Istirahat cukup
- Tanda bahaya kehamilan
- Persiapan persalinan
- Senam hamil
7) HPHT : 25.8.2011
8) TP : 28.5.2011
Riwayat Natal
1) Riwayat 24 Mei 2011 Jam 15.45 WIB, bayi lahir jenis kelamin laki-laki dengan usia kehamilan 38 minggu
2) Persalinan ditolong oleh bidan di PONEK Puskesmas Tembelang
3) Keadaan
Langsung menangis kuat
TTV
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 36,8o C
Respirasi : 40 x/menit

b. Riwayat Post Natal
1) Keadaan bayi saat lahir baik
2) Setelah bayi lahir segera dibersihkan, dikeringkan dan dihangatkan
3) Bayi diberi ASI
4) Tidak ada cyanosis, tidak ikterus
5) BAB : belum BAB
6) BAK : warna kuning, bau khas
7) Kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Bayi mendapat ASI, reflek menghisap kuat
b. Pola istirahat/tidur
Tidur  12 jam/hari, bangun jika popok basah dan lapar
c. Pola aktivitas
Aktif bergerak, menangis jika popok basah dan lapar
d. Pola eliminasi
BAK : bayi belum BAK
BAB : bayi belum BAB
e. Pola personal hygiene
Tali pusat diganti setiap habis mandi, ganti popok segera jika basah
8) Riwayat psikososial
Ibu merasa senang dengan kelahiran bayi pertamanya.
Ibu berencana merawat bayinya sendiri

C. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV Nadi : 124 x/menit
Suhu : 36,6o C
RR : 42 x/menit
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : simetris, rambut jarang, tidak ada benjolan, tidak ada chepal hematoma, UUB belum menutup.
Muka : kemerahan, tidak ada vernik caseosa
Mata : simetris, reflek terhadap cahaya baik, conjungtiva merah muda, sclera putih
Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen
Mulut & gigi : tidak ada cyanosis, mukosa bibir kering, lidah bersih, tidak ada labio schizis, gigi belum tumbuh
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar thyroid dan tidak ada bendungan vena jugularis
Dada : simetris, jarak puting susu sejajar dan simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : tidak ada lesi, tali pusat kering dan tertutup kassa steril
Punggung : tidak ada spina bifida, tidak ada kifosis atau skoliosis
Genetalia : testis 2 buah
Ekstremitas atas : tidak ada fraktur, pergerakan aktif
Ekstremitas bawah : tidak ada fraktur, pergerakan aktif
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid atau bendungan vena jugularis
Abdomen : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada perdarahan tali pusat
Ekstermitas atas : tidak oedem
Ekstremitas bawah : tidak oedem
c. Auskultasi
Dada : tidak ada ronchi dan wheezing, pernafasan belum teratur, frekuensi jantung 120 x/menit
Abdomen : tidak ada bising usus
d. Perkusi
Abdomen : tidak kembung
3) Pemeriksaan Neurologis
a) Reflek pelindung
Moro reflek 
Tonic neck reflek 
Babynski reflek 
Graps reflek 
b) Reflek makan
Rooting reflek 
Suchking reflek 
Swallowing refleks 
Pemeriksaan antropometri
a. Pertumbuhan
BB : 2500 gram
PB : 48 cm
b. Lingkar dada : 30 cm
c. Lingkar kepala
SOB : 29 cm
MO : 33 cm
FO : 30 cm
4) Pemeriksaan penunjang
Berat badan : 2500 gram
Panjang badan : 48 cm

II. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa : Bayi Ny “W” umur 0 hari dengan NCB
Ds : Tidak ada
Do : Pada tanggal 24 Mei 2011 Jam : 15.45 WIB bayi lahir jenis kelamin laki-laki
BB/PB : 2500 gram / 48 cm
Lingkar kepala : SOB : 29 cm
MO : 33 cm
FO : 30 cm
Lingkar dada : 30 cm
Usia kehamilan : 38 minggu
Kesadaran umum : baik
TTV Nadi : 124x/menit
Suhu : 36,6˚C
RR : 42x/menit
Reflek menghisap kuat
Menangis kuat
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Masalah : tidak ada

III. Antisipasi Masalah Potensial
-
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
-
V. Intervensi
Diagnosa : Bayi Ny “W” umur 0 hari dengan NCB
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 1 x 30 menit diharapkan bayi dalam keadaan normal
Kriteria hasil : - Keadaan umum baik
- Kesadaran composmentis
- TTV dalam batas normal
Nadi : 120 – 160 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,2o C
RR : 40 – 60 x/menit
- Pergerakan aktif
- Bayi menangis kuat
- Reflek menghisap kuat
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi
1) Lakukan pendekatan pada keluarga bayi melalui komunikasi terapeutik
Rasional : menjalin kerjasama yang baik agar keluarga klien kooperatif
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Rasional : mencegah kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial dari petugas ke bayi atau sebaliknya


3) Observasi TTV
Rasional : TTV merupakan deteksi dini adanya kelainan dalam tubuh
4) Ajarkan keluarga perawatan tali pusat yang baik mencegah masuknya kuman
Rasional : perawatan tali pusat yang baik mencegah masuknya kuman lewat tali pusat sehingga mencegah terjadinya infeksi
5) Ingatkan keluarga untuk menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas dan bayi tetap dalam keadaan hangat
6) Berikan ASI secara adekuat dan hentikan pemberian susu formula
Rasional : pemberian ASI merupakan sarana pemenuhan nutrisi yang baik bagi bayi
7) Ingatkan ibu untuk selalu menyendawakan bayinya setiap kali setelah meneteki.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya aspirasi
8) Ajarkan ibu untuk menjemur bayi dibawah sinar matahari selama 10-15 menit (pukul 07.00-08.00)
Rasional : untuk memenuhi kecukupan vitamin D yang diperoleh dari sinar matahari

VI. Implementasi
Diagnosa : Bayi Ny “W” umur 0 hari dengan NCB
Tanggal : 24 Mei 2011 Jam : 16.30 WIB
1) Melakukan pendekatan pada keluarga bayi melalui komunikasi terapeutik dengan cara menyapa dengan ramah, menjawab semua pertanyaan ibu jika ibu belum jelas.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan yaitu mencuci tangan dengan 7 langkah, yaitu:
1. Siram tangan sampai telapak tangan
2. Bersihkan sela-sela jari tangan
3. Gosok punggung tangan
4. Bersihkan ujung kuku kanan di telapak tangan
5. Bersihkan ujung kuku kiri di telapak tangan
6. Bersihkan jempol tangan
7. Bersihkan tangan sampai siku


3) Mengobservasi TTV
Hasil observasi : Nadi : 124x/menit
Suhu : 36,6˚C
RR : 42x/menit
4) Mengajarkan keluarga perawatan tali pusat dengan cara menutupnya dengan kasa steril dan mengganti setiap selesai mandi atau jika basah

5) Mengingatkan keluarga untuk menyelimuti agar tetap kering dengan cara dibedong

6) Memberikan ASI secara adekuat sesuai kebutuhan dan sesering mungkin dan menghentikan pemberian susu formula.

7) Mengingatkan ibu untuk menyendawakan bayinya setelah minum ASI dengan membuat posisi bayi menempel di pundak.

8) Mengajarkan ibu untuk menjemur bayinya dibawah sinar matahari selama 10-15 menit yaitu antara pukul 07.00-08.00

VII. Evaluasi
Tanggal 24 Mei 2011 Jam : 17.00 WIB
Diagnosa : Bayi Ny “W” umur 0 hari dengan NCB

S : Tidak ada
O : Keadaan umum baik
Kesadaran composmentis
Bayi bisa menyusu dengan benar
Bayi tidur dengan nyenyak
A : Bayi Ny “W” umur 0 hari dengan NCB
P : HE
1. Perawatan bayi sehari-hari
2. Kembali kontrol hari ke-7, hari 8-28 1x, atau jika ada tanda risiko
3. Rencanakan imunisasi BCG pada usia 4 minggu


BAB VI
PEMBAHASAN

Analisa dari penulis mengenai kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dengan tinjauan kasus setelah melakukan asuhan kebidanan pada BBL Ny “W” umur 0 hari dengan NCB, di PONEK Puskesmas Tembelang. tanggal 24 Mei 2011 tidak muncul kesenjangan karena bayi Ny “W” NCB lahir normal.
Dalam teori muncul masalah potensial, antara lain :
1. Hipotermi : Dalam tinjauan kasus pada bayi Ny “W” tidak terjadi.
Hal ini disebabkan karena saat BBL dilakukan penanganan BBL yaitu dengan menggedong bayi dengan handuk bersih segera, tidak dimandikan dalam 6 jam pertama.
2. Hipoglikemi : Dalam tinjauan kasus pada bayi Ny “W” tidak terjadi.
Hal ini disebabkan karena setelah BBL bayi langsung menetek pada ibu dan bayi memperoleh ASI secara maksimal.
3. Ikterus : Dalam tinjauan kasus pada bayi Ny “W” tidak terjadi.
Hal ini disebabkan karena bayi memperoleh ASI.
4. Infeksi : Dalam tinjauan kasus pada bayi Ny W” tidak terjadi.
Hal ini disebabkan karena dilakukan perawatan tali pusat dengan baik yaitu menggunakan kasa steril/kering.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny “W” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Bayi Ny “W” lahir secara spontan, menangis keras, pukul 15.45 WIB tanggal 24 Mei 2011, jenis kelamin laki-laki , BB : 2500 gram PB : 48 cm.
b. Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa bahwa bayi baru lahir Ny “W” dengan NCB.
c. Masalah yang timbul pada bayi Ny “W” tidak ada.
d. Diperlukan intervensi terhadap asuhan bayi baru lahir pada Ny “W” dengan NCB.
e. Intervensi dan implementasi yang telah dibuat dilakukan sesuai dengan kondisi situasi dan kebutuhan pasien.
f. Pada evaluasi bayi baru lahir Ny “W” dengan NCB tidak terdapat masalah yang memerlukan kebutuhan segera.

5.2 S a r a n
Untuk mencegah kondisi yang tidak diinginkan pada bayi baru lahir. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Penanganan bayi baru lahir
• Membersihkan jalan nafas.
• Memotong jalan nafas.
• Memperhatikan suhu tubuh bayi.
• Pencegahan infeksi.
b. Pemantauan bayi baru lahir
Hendaknya meningkatkan keterampilan dan peningkatan jenjang pendidikan sehingga dalam memberikan asuhan kebidanan pada BBL akan lebih sempurna sehingga kematian neonatal berkurang bahkan tidak ada.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta. Media Aesculapius.

Suriadi, Yulianti. 2001. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta. CV. Sagung Seto.

Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta. YBPSP

Richard, E. Bohrman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.

Rusepno Hasan, dkk. 2000. Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI

Syaifuddin Abd.Bari. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBDSP
.

Kamis, 05 Mei 2011

biokimia pernapasan

BIOKIMIA PERNAPASAN
A. Pengertian Teori Biokimia :
Adalah Pemberian zat anestesi invitro menghambat pengambilan oksigen diotak dengan cara menghambat sistem fosforilasi oksidatif, akan tetapi hal ini mungkin hanya menyertai anestesi bukan penyebab anestesi.

● Biokimia Pernapasan pada Medula Oblongata :
Pengendalian oleh syaraf pusat osmotic dalam medulla oblongata mengeluarka implus eferen ke otot pernapasan melalui radik syaraf servikalis diantarkan ke diafragma oleh syaraf prenikus. Implus ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis yang kcepatannya kira-kira 15x per menit.
Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan . Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila pada CO, kurang dari sama dengan 80 mmHg, maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.


* Sumsum sambung ( medulla oblongata )
Sumsum sambung berfungsi menghantar implus yang datang dari medulla spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologis seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

* Pengendalian Pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua factor utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya factor tertentu, merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medulla oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan implus yang disalurkan melalui saraf spinalis ke otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis )
1. Pengendalian oleh saraf
Pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan implus eferen ke otak pernapasan, melalui radik saraf servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf prenikus. Implus ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.
2. Pengendalian secara kimia
Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi : frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernaapasan, pusat pernapasan dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan. Karbondioksida adalah produksi asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar implus saraf yang bekerja atas otot pernapasan.

B. Proses Pengangkutan Sistem Pernapasan pada Medulla Oblongata
Pengangkutan sistem pernapasan di Medulla Oblongata terdapat 2 meknisme neural terpisah bagi pengaturan pernapasan yaitu yang berperan pada kendali pernapasan volunteer dan pernapasan otomatis. Pusat pernapasan otomatis terletak di pons dan medulla oblongata,dan keluaran eferen dari sistem ini terletak di rami alba medulla spinalis.

* Pusat Medula oblongata.
Setelah muatan listrik berirama dari neuron di medulla oblongata dan pons menghasilkan pernapasan spontan.Pemotongan batang otak di bawah medulla oblongata (disebut pemotongan D) Menyebabkan pernapasan spontan berhenti,sedangkan pemotongan di bagian atas pons (pomotongan A)tetap menghasilkn pernapasan otomatis normal.
Terdapat dua jenis neuron yaitu : yang melepas implus selama inspirasi (neuron I) dan neuron yang melepas implus selama ekspirasi (neuron E). Kebanyakan neuron I akan melepaskan implus dengan frekuensi yang lebih tinggi selama inspirasi, demikian pula neuron E pada saat ekspirasi. Beberapa neuron lain melepaskan implus dengan frekuensi yang lebih rendah, dan sebagian lagi melepaskan implus dengan frekuensi tetap selama inspirasi atau ekspirasi. Namun, selama pernapasan tenang proses ekspirasi merupakan proses pasif dan neuron E pada umumnya tidak melepaskan implus dan neuron ini hanya akan menjadi aktif apabila ventilasi ditingkatkan.
Daerah medulla oblongata yang berhubungan dengan pernapasan secara umum dikenal dengan sebutan Pusat respirasi.

Macam-macam kelompok pusat respiasi :

1. Neuron pada kelompok dorsal terletak di dalam dan didekat nucleus traktus solitarius. Kelompok dorsal terdiri dari neuron I, beberapa neuron di proyeksikan secara monosinaptik menuju neuron motorik nervus frenikus. Kelompok ini menerima serat aferen dari saluran pernapasan serta glomus karotikum dan aourikum, yang berakhir pada nucleus traktus solitarius.
2. Kelompok Ventral
Merupakan kolom nevron panjang yang membentang melalui nucleus ambigus dan nukleus retvambigus di bagian ventrolateral medulla oblongata. Kelompok ventral mengandung neuron E pada ujung kaudalnya, neuron I pada bagian tengah, serta neuron E pada ujung kranialnya. Sejumlah neuron ini diproyeksikan ke neuron motorik otot pernapasan. Neuron di ujung kranial kelompok ventral nampaknya menghambat neuron I selama ekspirasi.
Baik kelompok dorsal maupun ventral bukan merupakan bagian utama generator pengendalian pernapasan, karena leselektif salah satu kelompok tersebut hanya menurunkan amplitudo pernapasan, tetapi tidak menghilangkannya.



C. Saturasi HB
Adalah keadaan hipotermi yang menyebabkan pelepasan O2 yang akan dikompensasi oleh:
1. Penurunan kebutuhan O2 jaringan
2. Peningkatan kelarutan O2 plasma.
●Hipotermi adalah : keadaan suhu badan yang rendah abnormal.
Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk :
- Kelrutan fisik dalam plasma
- Ikatan kimiawi dengan hemoglobin.
Ikatan Hemoglobin tergantung pada saturasi O2, jumlahnya dipengaruhi oleh pH darah dan suhu tubuh. Setiap penurunan pH dan kenaikan suhu tubuh mengakibatkan ikatan hemoglobin dan O2 menurun.
*Faktor-faktor yang mempengaruhi Saturasi Hb:
1. PH : Mempengaruhi aktivitas Hb
2. CO2 darah :
- CO2 meningkat ------------- H2CO3 meningkat ------- Ph nya turun
3. Diphosphogliserat
4. Temperatur : Pelepasan O2 meningkat pada organ yang bermetabolisme tinggi seperti pada pelari.

1. Hemoglobin
Adalah pigmen respirasi yang berperan sebagai pembawa oksigen utama dalam darah. Hemoglobin lebih lambat mengambil oksigen pertamanya, dan pengikatan setiap molekul oksigen berikutnya membuat pengikatan selanjutnya menjadi lebih mudah (yaitu kooperasi positif) yang menyebabkan perbaikan daan bentuk kurva menjadi sigmoid.
Struktur Hemoglobin
Adalah molekul besar dengan berat molekul 68.000
­ Setiap molekul mengandung Empat Subunit, dan setiap subunit mengandung sebuah rantai polipeptida dan heme (yaitu, besi yang mengandung gugus prostetis) . Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi, heme juga merupakan bagian dari struktur mioglobin. Rantai polipeptida terdiri atas rantai alfa atau beta. Setiap molekul hemoglobin mengandung dua rantai alfa dan dua rantai beta masing-masing memiliki bagian heme yang terkait.
­ Ada dua jenis Polipeptida yaitu :
1. Rantai alfa : masing-masing mengandung 141 residu asam amino.
2. Rantai beta : masing-masing mengandung 146 residu asam amino.
- Karbonmonoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbon monoksihemoglobin (karboksihemoglobin). Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih rendah daripada afinitasnya terhadap karbonmonoksida, sehingga CO menggantikan O2 pada hemoglobin dan menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen.



















DAFTAR PUSTAKA

• Bresnick MD Stephen.Jakarta:Intisari Biologi;2003.
• Widjayakusuma dr.H.M. Djauhari.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Sabtu, 29 Januari 2011

cervisitis

CERVICITIS
1. DEFINISI
a. Cervicitis ( endo cervicitis ) ialah radang pada selaput lendir canalis cervikalis. Karena epitel selaput canalis cervikalis hanya terdiri dari satu lapisan silindris mana dengan muda terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.

2. KLASIFIKASI
Cervicitis Akula
o Penyebab
Cervicitis Akula dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali dari endoseviks dan ditemukan dalam gonorhea, dan pada infeksi post abortum atau post partum yang disebabkan oleh streptococcus, stafilococcus dll.
o Gejala
Cervis merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukupurulen. Akan tetapi gejala-gejala pada cervis biasanya tidak seberapa tampak ditengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
o Terapi
Terapi dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronika.

Cervicitis Kronika
o Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
 Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
 Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
 Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak.

3. GEJALA
i. Flour hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
ii. Sering menimbulkan erosi pada potio yang tampak sebagian daerah yang merah menyala.
iii. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen keluar dari kanalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka harus diingat gonorhoe.
iv. Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
v. Pada cervicitisyang kronis kadang-kadang dapat dilihal bintik-bintik ini disebut ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar cerviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cerviks atau karena radang.

4. ETIOLOGI
Penyebab :
i. Gonorhoe, sediaan harus dari flour cerviks, terutama yang purulen.
ii. Sekunder terhadap kolpitis.
iii. Tindakan intrauteri dilatasi dll.
iv. Alat-alat atau obat kontrasepsi.
v. Robekan cerviks terutama yang menyebabkan extropin.

5. PENATALAKSANAAN
Terapi
 Antibiotika terurama kalau dapat ditemukan gonococus dalam sekret.
 Kalau cerviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas netrta 10% atau Albotyl yang menyebabkan dengan epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng berlapis banyak.
 Kauterisasi-radial dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi nekrosis, jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambatlaun oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endocerviks jauh kedalam kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, perlu dilakukan amputasi cerviks.

DAFTAR PUSTAKA
Lutan,dr.Delfi.1998.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jakarta : EGC
Saifuddin,Abdul B.2001.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Manuaba, Prof.dr.Ida Bagus,SpOG.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC
Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2,Jakarta : EGC
Wiknjosastro, H. 2006.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, H.1997..Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

http://terselubung.cz.cc/

Selasa, 25 Januari 2011

SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
1. Pokok bahasan
ASI eksklusif pada anak dan balita
2. Sub pokok pembahasan
ASI eksklusif
3. Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan ini adalah wanita atau ibu-ibu dalam masa menyusui
4. Waktu
Hari rabu, tanggal 05 desember 2010 jam 10.00 WIB
5. Tempat
Diposyandu sumobito desa samben
6. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan ibu-ibu dapat mengetahui lebih luas tentang ASI eksklusif serta manfaatnya
7. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan ibu dapat mengetahui dan mengerti tentang :
 Pengertian ASI eksklusif
 Keuntungan dan manfaat dalam pemberian ASI
 Persiapan mempelancar pengeluaran ASI
 Masalah yang mempengaruhi keadaan ibu
8. Metode
Ceramah dan tanya jawab
9. Media
Leafleat dan lembar balik
13. kegiatan operasional
No Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran waktu
1 pembukaan Sasaran mendengarkan serta memperhatikan para penyuluh ± 5 menit
2 Ceramah atau penyuluhan materi Sasaran mendengarkan, memperhatikan dan mengerti tentang materi atau penyuluhan yang diberikan ± 15 m
3 Tanya jawab Sasaran agar menanyakan tentang materi atau penyuluhan yang tidak dimengerti yang telah diberikan ± 10 menit
4 Penutupan dan evaluasi Sasaran dapat menyebutkan isi materi yang telah disampaikan ± 5 menit
10. Evaluasi